7 Hari Tantangan Menulis Basabasi Store (LINE @zog5070k)
Sejak sekolah aku punya sahabat. Sahabat ini dalam artian teman yang sangat dekat. Saking dekatnya, kami bahkan nggak malu untuk bersikap apa adanya. Jadi diri sendiri. Mau lagi seneng, sedih, bete, pengen nggak jelas, lagi pengen pinjem duit, minjemin duit, ngasih sesuatu atau bahkan pengen diperhatiin pun kami sangat terbuka.
Desember 2014 aku baru masuk di kantor yang sekarang masih kutempati.
Aku bekerja di sebuah perusahaan media pers yang rata-rata para redaksinya laki-laki. Perempuannya cuma satu. Sekretaris redaksi. Itu pun dia juga ngerapel jabatan lain. Aku bekerja di tim pracetak sebagai desainer layout halaman koran. Dan akhirnya kini perempuan di bagian redaksi nambah lagi satu.
Jadi dua perempuan.
Yang satu Ibu beranak lima, yang satu Ibu beranak 10 kucing.
Dasar akunya paling muda, unyuh, imut dan menggemaskan, aku dikira anak magang yang nggak selesai-selesai oleh salah satu redaktur senior. Padahal di situ aku kerja. Hiks. Aku di situ dianggap adik, anak, bahkan mungkin ponakan bagi sebagian redaksi yang sudah om-om.
Aku enjoy karena rupanya bekerja di lingkungan wartawan-redaksi yang mayoritas laki-laki itu SERU banget!
Nggak ada tuh baper-baperan. Diajak becanda juga nggak pake ngambul, musuhan, atau nyinyir-nyinyir nggak jelas. Aku suka lingkungan kekeluargaan ini. Hingga pada akhirnya aku mulai diberi kepercayaan ngerapel job baru, sebagai penulis notulen rapat redaksi tiap senin.
Otomatis harus hadir dong tiap rapat senin. Dan moment rapat itulah aku bisa bertemu dengan semua karyawan baik bagian paling tinggi yaitu Direktur, General Manager, Manager, admin (banyak embak-embaknya), hingga staff. Sedikit demi sedikit aku kenal siapa si A dan si B.
Beberapa bulan kemudian nambah perempuan satu lagi di jajaran redaksi. Lebih muda dari kawanku sebelumnya. Dia lebih tua 2 tahun di atasku. Dan dia... gokil.
Sekarang di redaksi ada
tiga perempuan.
Namanya Lintang, si Cewek Antimainstream
Kalau cewek hapal siapa nama-nama aktor/aktris korea udah biasa ya? Atau cewek yang suka nonton drakor, ngikutin judul yang masih on going atau yang sudah tamat sih juga udah biasa ya.
Tapi kalau nonton film drakor urutannya dari akhir ke awal, ada? 😓
Ya, aku menemukan spesies cewek yang entah aku sendiri juga nggak tahu di mana letak kelogisan pikirannya. Dia hanya nggak suka ada di situasi yang namanya P.E.N.A.S.A.R.A.N.
Okey, mungkin di antara teman-teman juga ada yang begitu ya? Nonton drakor yang panjangnya bisa sampai puluhan mungkin gemes, akhirnya skip-skip-skip lalu ulang ke episode sebelumnya, lalu jalan lagi ke episode selanjutnya, ngerasa nggak nyambung, ulang lagi ke episode 1.
Okey, mungkin di antara teman-teman juga ada yang begitu ya? Nonton drakor yang panjangnya bisa sampai puluhan mungkin gemes, akhirnya skip-skip-skip lalu ulang ke episode sebelumnya, lalu jalan lagi ke episode selanjutnya, ngerasa nggak nyambung, ulang lagi ke episode 1.
Gitu aja terus...
Sahabatku ini mungkin bisa aja nonton episode 1 lalu langsung ke episode terakhir. Dia hanya butuh, endingnya gimana, kalau bagus baru dia back ke episode sebelumnya.
Parahnya lagi kalau drakornya masih on going dan dia sangat penasaran dengan lanjutannya. Begitu muncul di website streaming, dia langsung nonton padahal sub indo belum tersedia. Dia nonton aja tuh, sampe katanya ikutan ketawa dan nangis.
Padahal ketika kutanya:
Lalu kenapa dia bisa ikutan kebawa perasaan, sedang dia nggak tau filmnya lagi adegan apa. Herman saya... 😐
Parahnya lagi kalau drakornya masih on going dan dia sangat penasaran dengan lanjutannya. Begitu muncul di website streaming, dia langsung nonton padahal sub indo belum tersedia. Dia nonton aja tuh, sampe katanya ikutan ketawa dan nangis.
Padahal ketika kutanya:
V: Kamu bisa nangis liat drakornya, emang tau mereka lagi dialog apa?
L: Enggak.
Lalu kenapa dia bisa ikutan kebawa perasaan, sedang dia nggak tau filmnya lagi adegan apa. Herman saya... 😐
Nggak cuma drakor sih. Baca novel juga begitu. Buku setebel bantal, dibabat habis hanya hitungan jam atau puluhan menit (?). Cara kerjanya ya sama. Baca awal, screening, ending. Baru kalau sreg dan penasaran... dia mau baca kalimat demi kalimat.
Jangan Beri Harapan Palsu
Kalau aku punya cerita, aku langsung aja cerita. Nggak pake suruh nunggu, "Nanti deh aku ceritain." Karena itu bakal bikin dia mati penasaran. Aku bakal dikejar terus dan harus cerita detail. Kalau nggak gitu, dia bakal nggak bisa tidur dan ngeriwuki orang lain.
Misal dia kepikiran nulis berita buat tayang lusa. Dia sudah mikiriin hari ini. Dan ketika dia merasa matreri belum kuat, tengah malem pun dia nekat japri redaktur senior hanya untuk membahas 'Mau Nulis Apa Dia Lusa'.
Pernah lagi, aku ada undangan rapat kantor di Surabaya. Dia ikut karena pas dia jawal libur. Sekalian jalan-jalan katanya. Tapi siapa yang punya acara, siapa yang rempong. Justru dia yang bingung pesan tiket dll.
Pernah lagi, aku ada undangan rapat kantor di Surabaya. Dia ikut karena pas dia jawal libur. Sekalian jalan-jalan katanya. Tapi siapa yang punya acara, siapa yang rempong. Justru dia yang bingung pesan tiket dll.
Kalau nggak gitu...
dia nggak bakal bisa tidur dengan tenang.
Dan aku... kadang nemenin dia begadang...
Sambil becanda...
Yang Kami Bicarakan Bukan Gosip
Kedekatan kami sebenarnya termasuk baru. Belum ada 3 tahun sejak kami berada dalam satu redaksi yang sama. Setiap senin, ritual kami selepas rapat adalah cari sarapan dan makannya kudu dan wajib enak!
Dia setahun terakhir ambil S2, jadi ketika masa perkuliahan aktif, kami agak jarang ketemu di kantor. Dan momen 'Sarapan Enak' inilah kami manfaatkan untuk bercerita panjang lebar.
Lumrahnya dua cewek ngobrol di tempat makan/minum apa sih kalau bukan gosip?
Tapi kami beda. Kami lebih banyak berbagi kisah dan pengalaman. Baik tentang keluarga, kehidupan, masa depan, atau apa aja deh. Yaaa adalah gosip sedikit. Tapi kami melihatnya dari sudut yang berbeda. Apa yang bisa kami ambil positifnya? Apa yang salah?
Kami pun tanpa harus bilang, "Jangan bilang siapa-siapa ya..." Kami sudah paham mana yang boleh dishare ke teman lain, mana yang cukup hanya kami yang tahu. Tanpa dikomando.
Kami pun tanpa harus bilang, "Jangan bilang siapa-siapa ya..." Kami sudah paham mana yang boleh dishare ke teman lain, mana yang cukup hanya kami yang tahu. Tanpa dikomando.
Aku bisa bilang persahabatan kami ini dewasa meski kadang juga konyol. Kami ini kadang suka membicarakan hal yang nggak penting. Hal yang mungkin orang nggak akan paham. Ya hanya kami yang tahu. Dan kami nggak ada tersinggung, sejauh ini sih.
Padahal dia pintar bahasa inggris. Dia pernah menerjemahkan sebuah buku biografi seorang Tokoh di Jember, kotaku. Tapi dasar dia si Cewek Antimainstream, English dengan grammar kacau juga dia ayo-ayo aja.
Contoh:
I go first, yes?
Okey, heart-heart in the road, yes...
Artinya:
Aku pulang duluan ya?
Oke, hati-hati di jalan ya...
Ya, semacam itulah...
Ya, dialah Lintang.
Si Cewek Antimainstream.
Dia punya blog, kalau teman-teman mau kenal
www.astropenna.com
Baca 7 Hari Tantangan Menulis Basabasi Store (LINE @zog5070k) lainnya:
Day 1 - 3 Film Favorit versi Vindy Pindy Mindy
Day 2 - Namanya Lintang, si Cewek Antimainstream
Day 3 - 3 Kombinasi Karakter Manusia yang Unik
Day 4 - Tolong Donasiin Kami untuk Ketemuan
Day 5 - Nggak Sampai Bunuh Diri, Sih...
Day 6 - 1,5 dari 5 Tahun, Aku Sudah Jadi Apa?
Day 7 - Ya, Aku Tahu - Puisi
Day 1 - 3 Film Favorit versi Vindy Pindy Mindy
Day 2 - Namanya Lintang, si Cewek Antimainstream
Day 3 - 3 Kombinasi Karakter Manusia yang Unik
Day 4 - Tolong Donasiin Kami untuk Ketemuan
Day 5 - Nggak Sampai Bunuh Diri, Sih...
Day 6 - 1,5 dari 5 Tahun, Aku Sudah Jadi Apa?
Day 7 - Ya, Aku Tahu - Puisi
Day 2 - Namanya Lintang, si Cewek Antimainstream
Day 3 - 3 Kombinasi Karakter Manusia yang Unik
Day 4 - Tolong Donasiin Kami untuk Ketemuan
Day 5 - Nggak Sampai Bunuh Diri, Sih...
Day 6 - 1,5 dari 5 Tahun, Aku Sudah Jadi Apa?
Day 7 - Ya, Aku Tahu - Puisi
Sumber Gambar: Facebook & Instagram Lintang Anis | Facebook Yuyun Manise Dokumen Pribadi
4 komentar
Write komentarAaahhh Mbak Lintang yaa...
ReplyBaru tauuu klo ini tentang Mbk Lintang yanh pakai kacamata itu ya mbak
Ga jauh beda lah klo liat filmnya kayak aku jg gitu kadang 😁😂
Hihii iya.. Mbak Lintang yang itu. Eh, kamu juga suka lompat-lompat ya.. tapi aiu yakin kamu nggak separah Mbak Lintang hehehe...
Replynamanya aja udah anti mainstream nona vindy.. Lintang itu kan jarang dipake nama. hehe
ReplyMayoritas laki, udah pernah futsal bareng belom mbak :p
ReplyJejakkan komentar, saran, kritik, dan pertanyaan melalui Contact atau komentar di bawah ini. Gunakan komentar Facebook (di atas) jika ingin mendapat notifikasi balasan langsung dari Facebook. Atau bisa juga dengan akun Blog/Gmail.
Terima kasih berkenan membaca dan mampir di Vindy Pindy Mindy.
--- www.vindyputri.com ConversionConversion EmoticonEmoticon