Hei, blogiest yang sweet!
Aku mulai keringet dingin.
Sebelumnya aku mau mengulas dikit nih seputar profesi yang berbanding lurus dengan uang. Kita bekerja pasti salah satu reward-nya adalah penghasilan yaitu berupa uang. Masih ada banyak wujud reward seperti kenaikan golongan, sistem poin, sertifikasi dan lainnya sesuai dengan variasi kebijakan sebuah instansi.
Profesi juga bermacam-macam. Ada yang bekerja lapangan, ada pula yang bekerja di dalam kantor (backoffice). Kemudian ada pula pekerjaan yang hanya mengelola data, berkas, surat perjanjian, bahkan mengelola uang masuk dan keluar.
Setiap pekerjaan memiliki resiko. Ada baiknya sih ketika mencari pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan dan background pendidikan. Sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Tapi tetap ya..., setiap manusia memiliki keteledoran atau kekhilafan semata. Didukung dengan stamina, daya tahan tubuh, porsi job desk, motivasi, serta lingkungan kerja.
Oke, cukup di situ seriusnya. Kali ini aku ingin berbagi pengalaman pertamaku sebagai profesi penjaga tiket masuk pertandingan basket antar SMP dan SMA. Sudah dapat dibayangkan hingar bingar para pemain sekaligus suporter dari masing-masing sekolah ketika Gedung Olah Raga mulai dipenuhi?
Arena pertandingan JBL 2015
Baik, jadi ceritanya, kantorku Jawa Pos Radar Jember sedang mengadakan event tahunan, Jember Basketball Leauge (JBL) yang ke IV di Gedung Olah Raga Garuda Kaliwates Jember. Ketika hari-H aku kebagian tugas menjadi penjaga tiket pintu masuk dengan sistem piket. Aku kebagian jadwal weekend siang, yaitu Hari Sabtu. Bisa dibayangkan kembali bagaiaman suasana weekend yang notabene hari pekan anak sekolah?
Aku datang satu jam sebelum jadwal piket. Sabtu, 21 Maret 2015 , adalah hari Sabtu pertama. Tentunya aku harus belajar dari piket sebelumnya. Ohya, aku dapat jadwal siang pukul 13.00-17.00 WIB. Begitu datang aku langsung tanya ke Mbak Dewi yang kebagian shift pagi sebelum aku. Dia sibuk menghitung pendapatan penjualan tiket hari ini di shift pertama. Wih.. cukup banyak juga, hitungan jeti-jeti.
Aku mulai keringet dingin.
Setelah serah terima, aku diberi modal Rp. 300.000 untuk memberi kembalian para penonton. Diberi pecahan 20.000, 10.000, 5.000, dan 2.000. Tidak ada uang 1.000 satu pun! Koin 500 aja ada 4. Mau tidak mau aku harus selalu meminta 'uang pas' jika ada yang membayar dan aku harus mengembalikan uang dengan printilan 1.000.
Tiba-tiba aku menjadi sangat rindu dengan uang pecahan 1.000. Selama ini diremehin. Tapi kalau sudah begini, susah banget cari yang 1.000. Tidak bisa memberi kembalian, yang akhirnya membuat hutang +1000 di catatan sambil bilang, "nanti pulangnya ke sini lagi ya, ambil 1.000-nya."
Mereka cuma mengangguk ayam lalu segera masuk. Mereka anak sekolah, 1.000 masih sangat dibutuhin loh buat jajan.
Ternyata Tuhan sayang sama aku. Ini adalah pengalaman pertama, dan aku diberi 'kesepian' di awal aku duduk hingga 1 jam-an lah. Para penonton jarang yang masuk karena hujan. Ada sih, satu-dua. Dan tidak bergerombol. Cukup buatku untuk beradaptasi, jujur hati kecil deg-degan. Sambil nyemilin ladrang pedas, aku mencoba untuk tenang.
Ada dua orang yang menjaga, aku dan Mbak siapa namanya aku juga nggak tahu, yang belakangan akhirnya aku tahu namanya adalah Mbak Nia. Bermodal SKSD, banyak tanya jika ini jika itu, maka diputuskan aku yang memegang uang, dia yang merobek karcis. Ini adalah beban. Aku pegang uang, mameenn!
Menjelang sore, jin-jin kekhilafan mulai muncul. Bukan mau nilep, bukaaan! Tapi lebih kepada lelah letih dan emosi dikit. Aku sih tipe orang yang emosi tapi dipendam hingga akhirnya lupa dengan sendirinya. Jadi ceritanya tuh si Mbak yang nggak tahu namanya itu mulai mengeluarkan nada-nada yang tidak enak ketika aku salah memberi kembalian.
Misal harusnya diberi kembalian 5.000 dua lembar, saking ribetnya aku ngasih 5.000 tiga lembar. Dia spontan bilang, "Uangnya tadi 20.000 loh, berarti 5.000 nya satu." Aku sigap dan sadar. Okey, ini kesalahanku. Ada sekitar 2-3 kali aku melakukan salah hitung. Mbak Nia mulai agak kesel. Sedangkan aku, makin sore, makin was-was. Itu ntar nombokin berapa....
Menjelang ganti shift aku akhirnya menghitung total penjualan tiket shift saat itu. Lumayan juga terjual hampir 500 tiket. Dan uang yang aku pegang juga berjeti-jeti. Ketika aku menghitung pertama kali, -100.000! Egilak! Mati sejenak!
Dalam pikiranku, jika ini sampai minus, yang mungkin ini adalah buah dari kekhilafanku tadi, maka sudah pasti aku yang akan mengganti. Sungkan juga yang mau bagi dua sama Mbak Nia. Tapi bisa juga kan, uang yang aku terima tidak sesuai dengan Mbak Nia nyobek tiket, misal..., Mbak Nia memberi tiket yang harusnya cuma satu tapi diberi dua. Bisa saja kan? Tapi selama berlangsung, kesalahankulah yang sering terlihat. Sedih. Aku hitung lagi untuk kedua kalinya, ternyata nggak -100.000! Tapi -5.000!
Sama aja keles.., minus ya tetep minus. Itu artinya ada kesalahan dan aku harus introspeksi.
Ini hal baru buatku.
Bekerja dengan memegang uang fisik secara langsung dalam jumlah berjuta-juta, berhadapan langsung dari pemilik uang dengan ritme pembayaran yang naik turun. (Gini mau jadi teller bank yang nominal berjuta-juta -_-) Kalau pengalaman di kantor lama jadi staff keuangan sih transfer berpuluhan juta berupa rekening dan pegang uang fisik tapi nggak banyak. Biasnya cuma belasan ribu dan pernah satu kali pegang uang hampir dua juta. Itu duit kudu disetor ke departemen duit fisik, sayangnya ngasih duitnya hari jumat dan sore banget. Alhasil harus nginep di laci selama dua hari, Sabtu dan Minggu. Laci kukunci, biasanya aku naruh kunci serep di meja, saat itu dua-duanya aku bawa pulang!
Bekerja dengan memegang uang fisik secara langsung dalam jumlah berjuta-juta, berhadapan langsung dari pemilik uang dengan ritme pembayaran yang naik turun. (Gini mau jadi teller bank yang nominal berjuta-juta -_-) Kalau pengalaman di kantor lama jadi staff keuangan sih transfer berpuluhan juta berupa rekening dan pegang uang fisik tapi nggak banyak. Biasnya cuma belasan ribu dan pernah satu kali pegang uang hampir dua juta. Itu duit kudu disetor ke departemen duit fisik, sayangnya ngasih duitnya hari jumat dan sore banget. Alhasil harus nginep di laci selama dua hari, Sabtu dan Minggu. Laci kukunci, biasanya aku naruh kunci serep di meja, saat itu dua-duanya aku bawa pulang!
Uang recehan hasil merogoh-rogoh tas, kantong, dompet, celah ruangan, dll
Pengalaman yang sangat bermanfaat buatku. Bertanggung jawab memegang uang orang lain secara fisikal, harus teliti dan behati-hati. Aku jadi lebih menghargai uang 500 dan 1000 rupiah. Bagi dunia pertukaran uang, tidak ada satu diantaranya, maka tidak genaplah sejumlah uang itu.
Jadi..., bagi kita yang suka meremehkan uang 100, 200, 500, dilempar begitu saja ketika tidak sengaja nemu, alangkah baiknya mulai sekarang disimpan di kantong, dompet, toples, dll, sehingga jika terkumpul..., maka 'gunung uang' kita dapat. ^^
CHALANGE!
Coba kumpulkan uang recehan yang ada saat ini, entah di dompet, tas, lantai, kamar mandi, atau di mana pun yang bisa dijangkau. Ada berapa? Share yuk yang sudah mendapatkan...Nggak nyangka ada banyak kaaan...?
Hidup uaaang!
Eh, ada yang punya pengalaman serupa nggak? Share aja yuk...
Eh, ada yang punya pengalaman serupa nggak? Share aja yuk...
5 komentar
Write komentarGak ada duit tunai, Vind. Masih berbentuk cek dan giro. :(
ReplyWah.., belum cair ya? Coba dibekukan di freezer, lalu cek & giro tersebut kamu bakar hingga meleleh dengan sempurna ^^
ReplyWahahaha, selisih itu hal yang biasa kalo di ticketing kayaknya ya XD
ReplyAku udah pusing muter-muter selama JBL itu >_<
Eh.., ini yang pertama mbak.., Itu hal baru. Aku belum terbiasa :D
ReplyTapi untungnya cuma 5.000 hahahahaha
Halo,
ReplyIni adalah untuk memberitahukan masyarakat umum bahwa Mrs Mabel Nasiru, pemberi pinjaman pinjaman swasta memiliki membuka kesempatan keuangan untuk semua orang yang membutuhkan bantuan keuangan. Kami memberikan pinjaman pada tingkat bunga 2% untuk individu, perusahaan dan perusahaan di bawah syarat dan kondisi yang jelas dan mudah dipahami. hubungi hari ini kami melalui e-mail sehingga kami dapat memberikan persyaratan pinjaman dan kondisi di: (redeemersloanfirm@gmail.com)
Jejakkan komentar, saran, kritik, dan pertanyaan melalui Contact atau komentar di bawah ini. Gunakan komentar Facebook (di atas) jika ingin mendapat notifikasi balasan langsung dari Facebook. Atau bisa juga dengan akun Blog/Gmail.
Terima kasih berkenan membaca dan mampir di Vindy Pindy Mindy.
--- www.vindyputri.com ConversionConversion EmoticonEmoticon