Hai blogiest!
Sudah pernah nonton ESKUL yang diperanin oleh Ramon Y. Tungka? Itu loh, film tahun 2006 yang mendapat penghargaan FFI 2006. Pemain utamanya juga mendapatkan penghargaan pemain terbaik. Aku termasuk telat nonton filmnya. Kalau nggak salah sih tahun-tahun segitu aku nonton tapi nggak sampai tuntas. Baru kesampaian nonton full tahun 2014 kemarin.
Film ini berkisah tentang pembulian antar siswa. Di sekolah mana pun, pasti deh ada yang sok jagoan, sok berkuasa lalu menindas yang lemah. Entah dipalakin, dikerjain mulu sampai berlebihan, jadi asisten pribadi, bahkan kalau melawan, ganjaran lebih kejam bakalan dirasakan.
Aku jadi ingat masa-masa sekolah dulu. Jaman aku SMP, itu tahun 2004 - 2007. Saat itu aku baru tahu ada yang namanya 'malak-in' temen. Suka menghadang anak lemah, cupu, di samping kamar mandi. Kadang juga suka di deket gudang sekolah, dekat parkiran sepeda, atau di tempat-tempat yang tidak dijangkau guru. Awalnya dempet-dempet hingga terpojok, lalu mereka minta uang dengan paksa. Mungkin seperti ini reka adegannya:
"Minta duit," kata si penguasa.
"Nggak punya. Hari ini nggak dikasih uang saku," jawabnya cari alasan.
Si penguasa nggak percaya. Tangannya mulai menggeranyang ke dada lawan ringkihnya. Dirogoh dan dapat! Ada uang kertas bahkan koin-koin juga diraib.
"Ini apa?"
"Ta-tapi..., itu buat naik angkot."
"Bodo amat!" jawab si penguasa.
Anak ringkih bisa apa? Cuma bisa diem bengong, daripada kena pukul. Bekas di wajah, lebam, malah jadi masalah baru. Mau nggak ngadu ntar dipaksa buat ngaku, mau ngadu sudah dipastikan setelah itu ancaman terus akan berlanjut.
Si penguasa meninggalkan si ringkih sambil menoyor kepalanya, dan bilang, "Lain kali jangan belagu! Ini duit, buat beli POP ICE gue!"
Akhirnya si ringkih nggak jajan lagi. Nggak bisa beli POP ICE juga.
Bullying. Menurutku ini sudah jadi ciri khas. Di mana pun pasti ada. Mau diberantas kaya gimana juga pasti akan selalu ada. Minimal membuli psikis. Misal ada temen yang nggak suka sama si A, maka dia dimusuhi, dikucilkan atau apapun bentuknya meski tidak dengan fisik.
Aku punya teman, dia tidak dibuli. Tapi dia menawari dirinya sendiri untuk menjadi budak kawan-kawan. Dia rela repot tiap istirahat, ngumpulin duit dari temen-temen sambil bilang, "Mau beli apa di kantin? Ayo aku yang belikan." Kemudian ia mendapat upah, meski kembalian hanya 100-500.
Itu termasuk buli nggak sih? Hehehe..
Kalau yang contoh barusan, sepertinya dia kesulitan ekonomi dan mencoba usaha menjadi asisten dengan imbalan duit kembali. Kasihan sebenarnya. Tapi..., dia sendiri yang mau. Kami teman-temannya udah pernah bilang jangan lakuin itu. Kalau butuh uang, bilang aja. Selama kami ada uang, pasti kami bantu.
Dianya nggak mau repotin orang. Ya sudah.
Kabar terakhir, temanku ini sudah bahagia dengan suami yang begitu menyayanginya. Punya anak ganteng banget seperti anak bule. Dia sedang menuai kebahagian setelah ia sengsara dulu-dulunya. Syukur yah.. :)
Kembali ke film Eskul. Aku suka pemain filmnya, Ramon Y Tungka memang selalu total yah kalau akting. Apalagi di sini dia karakternya menjadi cowok yang nggak bisa berbuat apa-apa. Takut. Dia selain dibuli di sekolah, di rumah dia juga harus mendapati dirinya dikerasin oleh ayahnya. Dipukul, dicaci maki, tidak didorong apapun yang dia inginkan, dan bahkan dia seperti orang gila.
Aku bayangin kalau di rumah ia merasa tidak nyaman, di sekolah dia juga tidak dianggap dan selalu dipermalukan, di mana lagi dia harus pergi? Pacar, punya. Tapi juga diambil oleh kawan sekolahnya. Ia tak berani. Perasaan 'untuk apa hidup' selalu bermunculan.
Justru anak seperti itu harus ditakuti.
Dia bisa saja muntap, nekat dan bertindak di luar kewajaran ketika ia 'ingin' membalas. Seperti yang dikisahkan di Film Eskul. Klimaks-nya sekaligus ending, itu super baper! Didukung aransement musik yang dramatis, lagu Pergi Belajar dibuat begitu syahdu dan miris. Ditambah flashback-flashback si anak ringkih ini terhadap ingatan pahit selama dia dibuli.
Jujur, aku nangis lihat endingnya.
Membayagkan banyak anak dibuli dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, karena sudah tidak tahan lagi.
Kalau teman-teman sendiri, pernah di-buli? Atau jangan-jangan yang membuli? Pernah kejadian tragis? Kalian sudah taubat? Atau kalian merasa menyesal? Coba bayangkan, kalianlah yang dibuli. Disiksa. Dipermaluin. Dihujat. Difitnah. Dicampakan. Diinjak-injak harga dirinya. Kalian tidak mampu melawan hingga akhirnya patah arang.
Apa kalian akan memutuskan untuk mati juga?
Ibu dan ayah:Selamat belajar nak penuh semangatRajinlah selalu tentu kau dapatHormati gurumu sayangi temanItulah tandanya kau murid budiman
Aku punya teman, dia tidak dibuli. Tapi dia menawari dirinya sendiri untuk menjadi budak kawan-kawan. Dia rela repot tiap istirahat, ngumpulin duit dari temen-temen sambil bilang, "Mau beli apa di kantin? Ayo aku yang belikan." Kemudian ia mendapat upah, meski kembalian hanya 100-500.
Itu termasuk buli nggak sih? Hehehe..
Kalau yang contoh barusan, sepertinya dia kesulitan ekonomi dan mencoba usaha menjadi asisten dengan imbalan duit kembali. Kasihan sebenarnya. Tapi..., dia sendiri yang mau. Kami teman-temannya udah pernah bilang jangan lakuin itu. Kalau butuh uang, bilang aja. Selama kami ada uang, pasti kami bantu.
Dianya nggak mau repotin orang. Ya sudah.
Kabar terakhir, temanku ini sudah bahagia dengan suami yang begitu menyayanginya. Punya anak ganteng banget seperti anak bule. Dia sedang menuai kebahagian setelah ia sengsara dulu-dulunya. Syukur yah.. :)
Kembali ke film Eskul. Aku suka pemain filmnya, Ramon Y Tungka memang selalu total yah kalau akting. Apalagi di sini dia karakternya menjadi cowok yang nggak bisa berbuat apa-apa. Takut. Dia selain dibuli di sekolah, di rumah dia juga harus mendapati dirinya dikerasin oleh ayahnya. Dipukul, dicaci maki, tidak didorong apapun yang dia inginkan, dan bahkan dia seperti orang gila.
Aku bayangin kalau di rumah ia merasa tidak nyaman, di sekolah dia juga tidak dianggap dan selalu dipermalukan, di mana lagi dia harus pergi? Pacar, punya. Tapi juga diambil oleh kawan sekolahnya. Ia tak berani. Perasaan 'untuk apa hidup' selalu bermunculan.
Justru anak seperti itu harus ditakuti.
Dia bisa saja muntap, nekat dan bertindak di luar kewajaran ketika ia 'ingin' membalas. Seperti yang dikisahkan di Film Eskul. Klimaks-nya sekaligus ending, itu super baper! Didukung aransement musik yang dramatis, lagu Pergi Belajar dibuat begitu syahdu dan miris. Ditambah flashback-flashback si anak ringkih ini terhadap ingatan pahit selama dia dibuli.
Jujur, aku nangis lihat endingnya.
Membayagkan banyak anak dibuli dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, karena sudah tidak tahan lagi.
Kalau teman-teman sendiri, pernah di-buli? Atau jangan-jangan yang membuli? Pernah kejadian tragis? Kalian sudah taubat? Atau kalian merasa menyesal? Coba bayangkan, kalianlah yang dibuli. Disiksa. Dipermaluin. Dihujat. Difitnah. Dicampakan. Diinjak-injak harga dirinya. Kalian tidak mampu melawan hingga akhirnya patah arang.
Apa kalian akan memutuskan untuk mati juga?
Kutipan di film Eskul:
Kasihilah temanmu, seperti engkau mengasihi diri sendiri.
Para siswa yang tertindas...
Maafkan mereka!
Bayangkan mereka yang kau tindas..., sedang menunggu saat yang tepat untuk membalas.
Bayangkan mereka yang kau tindas..., sedang menunggu saat yang tepat untuk membalas.
Film Eskul Ending (Klimaks)
Lirik Lagu Pergi Sekolah
Oh, ibu dan ayah, selamat pagiKupergi sekolah sampai kan nanti
STOP BULLYING!
23 komentar
Write komentarFokus ke kata ringkih yang bertaburan dalam postingan ini. Nice review, Vin! :D
ReplyQuote yang terakhir bagus juga (y)
Replyquote-nya memalas atau membalas? hihi.. drtd mikir apa maksudnya, sepertinya typo,, hehehe...
Replynyesek banget nonton endingny TT
Si Ringkih? Hehe... Bertaburan seperti bintang? :D
ReplyThanks, Ris. ^^
Hehe.., iya. Quotes itu dicantumin di ending filmnya. Agak ngeri juga ya kalau diresapi.
ReplyThanks, ya..
Hehe.., iya typo. Sudah diperbaiki. Makasih yaa..
ReplyIya. nyesek. Ini ending sekaligus klimaks. Duar!
Dead.
Gue belum pernah nonton film ini..
Replyhaha kasian amat yak,
tapi baca ini jadi kepingin nonton..
dah telat yak? -_-
Aku belum nonton film ini -_- duh, jadi pengen nonton
ReplyGak usah nonton.
ReplyAyo-ayo nonton... :D
ReplyGapapa telat, daripada nggak sama sekali.
hei-hei, sudah jangan berntem -_-
Replyloh loh.. kok ada mlijo juga itu?
Reply:D
Aku pernah dibully, jadi agak ngerti gimana perasaan korban bullying.
ReplyJatuhnya sih dulu jadi begajulan, soalnya aku melawan. Capek kan kalok di posisi yang lemah mulu. Akhirnya sering berantem pukul-pukulan. Wkwkwk.. :D
Nah kan, ada kalanya yang dibuli balas dendam. Wik..., pukul-pukulan? :D Sampe masuk BK nggak? Haha
ReplyIya, tapi aku nggak sebutin nama :D
ReplyUntung teman saya dulu waktu sekolah baik-baik..
ReplyBeruntung kamu, Nandar.. :)
ReplyBerarti kamu termasuk teman yang baik, ya?
Bulling emang ga ada abisnya ya
Replydulu sering jd korban ni aku huhuu
Aduh.., yang jadi korban ya? :( Syukur aku belum pernah...
ReplyOh.. Sering banget! Dapet SPO jugak. :P
ReplyHaha.., keren kamu, Beb!
ReplyPernah juga di bully pas SMP.
Replytapi aku langsung bales, udah tu kelar urusan... sekolah pun nyaman.
Beuh.. kece.... termasuk tipe yang pemberani ya... kalau aku paling udah nangis di rumah, hehehe
ReplyJejakkan komentar, saran, kritik, dan pertanyaan melalui Contact atau komentar di bawah ini. Gunakan komentar Facebook (di atas) jika ingin mendapat notifikasi balasan langsung dari Facebook. Atau bisa juga dengan akun Blog/Gmail.
Terima kasih berkenan membaca dan mampir di Vindy Pindy Mindy.
--- www.vindyputri.com ConversionConversion EmoticonEmoticon