Dulu aku pernah, pas SMP. Artinya sudah 12 tahun yang lalu. Ulangan Kewarganegaraan. Aku ngerjakan ulangan sendiri. Nggak nyontek. Aseli. Tapi temenku nyontek nih, dia nyonteknya dari aku dan beberapa temen lain. Aku nggak peduli sih dia nyontek. Silakan aja nyontek, toh yang rugi dia sendiri kan?
Ketika nilai diumumkan, apa yang terjadi? Sekelas, cuma aku yang remidial. Iya. Cuma aku. Temenku yang nyontek tadi gimana? Lolos. Nggak remidial. Nais! Pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup.
Kecewa. Iya. Geram. Iya. Nggak terima bahwa nilai dia lebih bagus daripada aku. Iya banget. Aku cuma bisa nangis. Dan nggak mungkin ngadu ke guru, “Dia nyontek aku, kenapa dia nggak remidi juga?” 😠Ini gimana sih, aku yang dicontekin, kok aku yang rugi sih?
Sepertinya itu yang pantas untuk issue copyright Payung Teduh yang lagi marak ini. Para creator sedang ramai issue copyright again. Nggak habis-habisnya ya copyright ini dibahas. Ya gimana, ini masalah penghargaan sebuah karya. Seandainya kita punya karya lalu malah orang lain yang dipuja, gimana rasanya? Terus dari segi income kita dirugikan jelas kita nggak bakal tinggal diam kan?
Setelah ramai plagiat di dunia karya literasi, merembet ke pajak dari sebuah karya buku, sekarang panas issue dari karya di dunia musik.
Pihak Payung Teduh sedang bergerilya mempertahankan haknya sebagai pemilik lagu asli tersebut. Beberapa hari yang lalu sang Vokalis mengunggah video yang isinya curhat kekecewaannya kepada mereka yang meng-cover lagu AKAD hingga dikomersilkan tanpa seijin managemen Payung Teduh. Dia katanya mau datangin para creator yang udah meng-cover lagunya.
Netizen langsung merujuk pada satu pihak yang notabene view-nya lebih banyak dan di descripstion box-nya juga pakai label music. Artinya cover ini terkonsep matang, dan ini memang benar-benar dikomersialkan. Ini bukan lagi cover untuk ikut berkarya doang. Sebenernya banyak pihak lain juga yang waw banget coverannya.
Padahal aku kalau ditanya sukaan mana versi asli apa coveran, aku jawab, suka aslinya ke mana-mana. Banyak coveran yang bagus juga sih. Tapi tetaplah... versi asli itu lebih mengena. Lebih membuat menangis terharu. ðŸ˜
Padahal aku kalau ditanya sukaan mana versi asli apa coveran, aku jawab, suka aslinya ke mana-mana. Banyak coveran yang bagus juga sih. Tapi tetaplah... versi asli itu lebih mengena. Lebih membuat menangis terharu. ðŸ˜
Well, aku juga ngecover lagu ini tapi versi piano. Nggak pake nyanyi. Itu juga cuma semenit. Aku cantumin lirik juga tapi cuma bagian reff doang. Teman-teman bisa dengerin cover seupritku di bawah ini.
Pada dasarnya aku membuat itu niatnya hanya challenge diri sendiri, bisa nggak aku mainin lagu kekinian itu. Ketika berhasil, ada rasa puas. Skill aku nambah satu bar. 📊
Selain mencoba ikut arus kekinian, lagu itu juga mewakili aku saat ini. Jadi aku rasa cover piano itu sebagai wujud ekspresiku. Aku juga sudah tulis itu lagunya siapa bukan di-caption semata, melainkan kucantumin langsung di videonya. Sekaligus mention Payung Teduh dan fanbase dari beberapa kota.
Jadi alasan aku nge-cover karena aku apresiasi banget lagu itu. Bukan untuk mendompleng.
Jadi alasan aku nge-cover karena aku apresiasi banget lagu itu. Bukan untuk mendompleng.
Menurutku, lagu itu sangat bagus dan membaperi. Aku bisa ikut masuk ke dalam cerita di video klipnya. Bahkan ikut menangis. Ini karya yang luar biasa. Mungkin karena lagi cocok kali suasananya ya, sedang menunggu yang meminang. Uhuk!
Mungkin ini menjadi bukan apa-apa bagi mereka yang nggak lagi nunggu dilamar.
Cover lagu = Salah?
Hm... begini.
Aku creator YouTube juga. Kontenku ada 3 jenis. Dua diantaranya konten original yaitu review dan video animasi dari game The Sims yang kubuat cerita fiksi. Sedangkan satu diantaranya adalah cover dance.
Iya, aku cari lagu yang asik dari segi musik dan gerakannya untuk aku pelajari dan tayangin ulang menurut versiku. Tujuannya apa?
Pada dasarnya setiap creator punya tujuan sendiri-sendiri dalam meng-cover sebuah karya. Kalau aku, tujuan awalnya ingin olahraga. Yes. Tujuannya ke kesehatan. Aku termasuk kurus dan susah banget buat gemuk. Aku harus makan dan mengunci apa yang aku serap untuk menjadi otot dan daging.
Dengan cara apa? Olahraga ✔
Dengan cara apa? Olahraga ✔
Kemudian aku diajak Zumba, aku nggak mau. Malu. Badan aku kerempeng. Malu sama mereka yang seksi bohay semok sintal dan menonjol dari berbagai sisi. Aku tipis seperti triplek.
Aku juga sempat mengalami kejenuhan kerja. Otak lelah dan bikin nggak konsentrasi. Daya ingat menurun. Itu bisa diatasi dengan latihan daya ingat. Olahraga otak.
Dari masalah kesehatan itulah alasan aku butuh olah tubuh dan otak sekaligus. Aku cari lagu yang menurut aku seru dan aku ikuti gerakannya. Untuk di-record dan di-upload di YouTube itu memang murni untuk apresiasi aku sendiri, bahwa aku berhasil ngapalin gerakan lagu ini.
Ternyata banyak yang nonton dan merasa terbantu dengan gerakan single dari aku. Mungkin mereka lagi ada tugas untuk pertunjukkan sekolah (videoku dibuat latihan) atau memang ikut olahraga macam aku. Banyak request lagu ini itu, selama aku bisa pasti aku bikin. Dan aku tetap dengan kaidah mencantumkan sumber dari mana aku dapat materi video itu.
Di-monetize atau enggak, aku sama-sama nggak dapat apa-apa. Sekalipun ada iklan yang muncul, itu akan masuk ke pundi-pundi si Pemilik Lagu.
Lihat kan, gambar $ nya dicoret. Aku ngecover lagu tanpa dapat sepeser pun dari mereka. Aku hanya dapat subscriber. Itu juga paling seminggu 1-2 subs aja.
Di-monetize atau enggak, aku sama-sama nggak dapat apa-apa. Sekalipun ada iklan yang muncul, itu akan masuk ke pundi-pundi si Pemilik Lagu.
Lihat kan, gambar $ nya dicoret. Aku ngecover lagu tanpa dapat sepeser pun dari mereka. Aku hanya dapat subscriber. Itu juga paling seminggu 1-2 subs aja.
Panjat sosial banget ya? 😓
Jadi sebenernya itu yang terjadi. Nge-cover itu sebenernya nggak 100% menguntungkan bagi si peng-cover. YouTube sudah cukup adil dalam membatasi hak-hak para creator. Perkara kita cover lagu dengan sedikit atau sama sekali beda itu lain hal.
Bagi yang belum tahu, jadi kalau kita creator upload konten yang kena copyright, video tetap akan berjalan, tapi jika ada iklan maka pendapatannya akan masuk kepada pihak yang claim copyright. Bukan masuk ke kantong adsense si pembuat video. Istilah dalam YouTube = Iklan Berbagi.
Bagi yang belum tahu, jadi kalau kita creator upload konten yang kena copyright, video tetap akan berjalan, tapi jika ada iklan maka pendapatannya akan masuk kepada pihak yang claim copyright. Bukan masuk ke kantong adsense si pembuat video. Istilah dalam YouTube = Iklan Berbagi.
Aku Pernah Cover dan Pernah Viral (Sebentar)
Aku pernah cover dance Pokemon. Videoku langsung diunggah lagi sama yang nyiptain lagu. Dihubungi juga sama managernya. Apa kemudian aku dituntut? Sebenernya juga tergantung pemilik masing-masing sih. Aku nggak dituntut, malah mereka berterima kasih, karena ini adalah salah satu wujud apresiasi lagu. 💗
Toh aku nggak ngakuin itu lagu aku. Toh aku juga menampilkan cuplikan asli lagunya. Toh aku juga udah menulis ijin secara terbuka di video aslinya bahwa video ini kupakai untuk videoku (ijin). Toh aku kasih link video aslinya. Toh aku juga nggak bisa monetize lagu itu sehingga aku nggak dapat duit kecuali subscribers.
Toh aku nggak ngakuin itu lagu aku. Toh aku juga menampilkan cuplikan asli lagunya. Toh aku juga udah menulis ijin secara terbuka di video aslinya bahwa video ini kupakai untuk videoku (ijin). Toh aku kasih link video aslinya. Toh aku juga nggak bisa monetize lagu itu sehingga aku nggak dapat duit kecuali subscribers.
Bahkan kami jadi berhubungan baik. Jadi jaringan bisnis baru. Lagu Om Telolet Om justru diminta langsung sama penciptanya, aku disuruh bikin cover dancenya. Dan lagi-lagi, aku upload dengan tetap memberikan identitas asli lagu itu milik siapa, aku dapat video dari mana, penciptanya siapa dll.
Cover Lagu untuk Komersial
Artinya ada niatan mengubah lagu asli. Baik dari musik, aransemen, nada, improvisasi, video klip, atau lainnya itu kembali kepada masing-masing creator. Kalau memang dibuat ke ranah profesional, harus bertemu kedua belah pihak ini. Supaya tidak ada yang dirugikan.
Atau paling tidak patuhi saja step-step untuk mendapat lisensi supaya karya cover itu legal. Aku rasa YouTube punya Policy yang dengan ketat melindungi hak cipta.
Atau paling tidak patuhi saja step-step untuk mendapat lisensi supaya karya cover itu legal. Aku rasa YouTube punya Policy yang dengan ketat melindungi hak cipta.
Dimana-mana hak cipta tetaplah kembali ke pemilik aslinya. Misalkan pemilik aslinya merasa terancam dengan kehadiran cover dan parodi, ya itu kembali ke masing-masing orang dalam menanggapi sebuah karya. Cover dan parodi itu sudah ada sejak dahulu kala dan hampir tidak ada yang mempermasalahkan selama masih wajar dan tidak melecehkan pihak tertentu.
Masih ingat Eta Terangkanlah? Lagu itu release tahun berapa, coba? Di tahun 2017 muncul dengan parodinya di mana-mana. Lagunya di-aransemen ulang, lirik diganti, dibuat lelucon juga. Lalu pemilik lagu aslinya nuntut? Nggak kan? So, tanggapan masing-masing musisi berbeda.
Kalau seandainya cover itu dilarang, apa kabar penyanyi di wedding atau panggung hiburan lain? Apa kudu kirim proposal ke manajemen?
Kalau di dunia pendidikan, cover lagu ini ibarat penelitian skripsi lah gampangnya. Ambil referensi sebanyak-banyaknya. Misal ada sumber yang kuat banget untuk diteliti ulang (di-cover) sudah pasti akan dibuat lebih baik dari penelitian sebelumnya. Dengan tim, kreatifitas, dan kemampuan sendiri. Tapi tetap dengan kaidah 'Jika mengutip, cantumkan sumber di daftar pustaka. WAJIB!'
Masih ingat Eta Terangkanlah? Lagu itu release tahun berapa, coba? Di tahun 2017 muncul dengan parodinya di mana-mana. Lagunya di-aransemen ulang, lirik diganti, dibuat lelucon juga. Lalu pemilik lagu aslinya nuntut? Nggak kan? So, tanggapan masing-masing musisi berbeda.
Kalau seandainya cover itu dilarang, apa kabar penyanyi di wedding atau panggung hiburan lain? Apa kudu kirim proposal ke manajemen?
Toh sebenernya netizen akan mencari tahu,
sebenernya ini lagu siapa sih?
Kok enak banget...
Kalau di dunia pendidikan, cover lagu ini ibarat penelitian skripsi lah gampangnya. Ambil referensi sebanyak-banyaknya. Misal ada sumber yang kuat banget untuk diteliti ulang (di-cover) sudah pasti akan dibuat lebih baik dari penelitian sebelumnya. Dengan tim, kreatifitas, dan kemampuan sendiri. Tapi tetap dengan kaidah 'Jika mengutip, cantumkan sumber di daftar pustaka. WAJIB!'
Misal nih, kemudian hasil penelitian (cover) kita lebih disukai. Ya sudah. Itu sah. Jangan karena itu judulnya cover lalu nggak diakuin sebagai sebuah karya. Itu karya loh! Selama kita nggak ngakuin itu karya murni milik kita, itu sangat sah disebut karya. Daftar pustaka tetaplah tercatat sebagai referensi. Pendukung penting.
Misal menjadi komersial alias dapat uang dari itu, ya itu sudah menjadi hak si Peng-cover. Karena dia juga lelah pikiran, fisik, waktu, dan materi juga. Terkadang seseorang itu bisa kreatif ketika memperbaiki yang sudah ada. Tapi bukan berarti mengakui ide nol dari dia ya, itu namanya plagiat. Terkadang juga ada orang yang justru nggak bisa kalau harus dipengaruhi karya-karya lain. Bahkan terkadang orang bisa kreatif ketika ngegabungin karya-karya orang lain menjadi karya baru.
Nggak Terima Cover Lebih Menghasilkan Ketimbang Aslinya
Hm, ini kembali ke masing-masing. Kalau melihat dari kasus Payung Teduh, jika cover ini terjadi beberapa tahun ke depan alias bukan sekarang (beberapa bulan setelah lagu release), mungkin cover-an ini nggak akan jadi masalah. Meski si Peng-cover lebih disukai dengan tanpa badan hukum sekalipun (sekedar share YouTube lalu terkenal). Malah jika beberapa tahun lagi booming karena ada orang yang ngecover lagu AKAD dengan sangat bagus, mungkin Payung Teduh akan berterima kasih sekali telah menghidupkan karya mereka.
Ini jadi masalah ketika lagu ini baru release, belum balik modal, masih harus kerja keras untuk memuaskan pendengar dari keringatnya, tapi sudah didompleng dengan versi orang lain. Dan mujurnya, versi itu lebih disukai, lebih menghasilkan jika dihitung-hitung. Yang malah diundang ke mana-mana lagi... eh sampai dijual iTunes segala! Nahloh...
Apalagi kalau ternyata pas nge-cover tuh dikonsep selayaknya sebuah projek yang ada produsernya, dan pihak-pihak repot lainnya. Kemudian digubah, di-aransemen, dan ketika nyanyi itu layaknya dia penyanyi aslinya yang juga dengan niatan dompleng pemilik asli. Ini sudah menyalahi aturan menurutku. Baik dikeluarkan beberapa tahun kedepan atau saat ini sekalipun. Nggak ngehargain pemilik aslinya yang masih panjang perjalanannya.
Tapi selama memang untuk berkreatif dan berkarya, its no problem!
Ini lebih krusial ketimbang masalah ijin. Lah gimana... ancamannya ya itu tadi... eksistensi pemilik bakal kependam. Versi orang lainnya melenggang di hadapan publik luas seperti tivi, dll. Jelas... jika aku jadi Payung Teduh... aku akan merasa.... terancam.
Tapi harusnya sih, hal seperti ini tuh nggak sampe ke-blow up sampe ke penggemar. Soalnya bisa jadi... bisa jadi loh ya.. itu akan mempengaruhi cara pandang penggemar terhadap idolanya. Karena bagi yang kurang paham tentang ini, menjadi Subjektif atau menjadi memihak satu dari lainnya. Bisa jadi juga berpengaruh kepada karya mereka selanjutnya kelak. Ya ada 2 pilihan. Makin terkenal atau berkurang kadar simpatinya. Like a boomerang.
Ini jadi masalah ketika lagu ini baru release, belum balik modal, masih harus kerja keras untuk memuaskan pendengar dari keringatnya, tapi sudah didompleng dengan versi orang lain. Dan mujurnya, versi itu lebih disukai, lebih menghasilkan jika dihitung-hitung. Yang malah diundang ke mana-mana lagi... eh sampai dijual iTunes segala! Nahloh...
Apalagi kalau ternyata pas nge-cover tuh dikonsep selayaknya sebuah projek yang ada produsernya, dan pihak-pihak repot lainnya. Kemudian digubah, di-aransemen, dan ketika nyanyi itu layaknya dia penyanyi aslinya yang juga dengan niatan dompleng pemilik asli. Ini sudah menyalahi aturan menurutku. Baik dikeluarkan beberapa tahun kedepan atau saat ini sekalipun. Nggak ngehargain pemilik aslinya yang masih panjang perjalanannya.
Tapi selama memang untuk berkreatif dan berkarya, its no problem!
Ini lebih krusial ketimbang masalah ijin. Lah gimana... ancamannya ya itu tadi... eksistensi pemilik bakal kependam. Versi orang lainnya melenggang di hadapan publik luas seperti tivi, dll. Jelas... jika aku jadi Payung Teduh... aku akan merasa.... terancam.
Tapi harusnya sih, hal seperti ini tuh nggak sampe ke-blow up sampe ke penggemar. Soalnya bisa jadi... bisa jadi loh ya.. itu akan mempengaruhi cara pandang penggemar terhadap idolanya. Karena bagi yang kurang paham tentang ini, menjadi Subjektif atau menjadi memihak satu dari lainnya. Bisa jadi juga berpengaruh kepada karya mereka selanjutnya kelak. Ya ada 2 pilihan. Makin terkenal atau berkurang kadar simpatinya. Like a boomerang.
Kalau sudah begini gimana? Bicarakan baik-baik secara internal. Antar musisi, kemudian cari jalan tengah, atau paling adil adalah ROYALTI.
Catatan:
Rupanya, di tanggal yang sama saat aku post tulisan ini (29 September 2017), Dunia Manji (Anji Drive) update vlog di Channel YouTube-nya. Dalam video tersebut ada beberapa opini dari musisi-musisi dan menyuarakan tanggapan mereka dari masalah ini. Dan ternyata... apa yang ada di opini mereka itu MATCH dengan tulisanku ini. Lihat video Dunia Manji - Cover Lagu Harus Ijin? di YouTube.
Lalu dengarkan juga klarifikasi Hanin Dhiya per tanggal 1 Oktober 2017 di Video Klarifikasi dan Permohonan Maaf.
Catatan:
Rupanya, di tanggal yang sama saat aku post tulisan ini (29 September 2017), Dunia Manji (Anji Drive) update vlog di Channel YouTube-nya. Dalam video tersebut ada beberapa opini dari musisi-musisi dan menyuarakan tanggapan mereka dari masalah ini. Dan ternyata... apa yang ada di opini mereka itu MATCH dengan tulisanku ini. Lihat video Dunia Manji - Cover Lagu Harus Ijin? di YouTube.
Lalu dengarkan juga klarifikasi Hanin Dhiya per tanggal 1 Oktober 2017 di Video Klarifikasi dan Permohonan Maaf.
Semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama.
Dan marilah kita berkarya dengan jujur...
Berkaryalah bukan karena ada apa-apanya...
Tetapi berkaryalah untuk menjadi apa-apa...
- Vindy Putri
Berkaryalah bukan karena ada apa-apanya...
Tetapi berkaryalah untuk menjadi apa-apa...
- Vindy Putri
Sumber Gambar: Freepik | Dokumen Pribadi
39 komentar
Write komentarAku kudet banget sampe ga tau kasus ini lagi rame.
ReplyKalo menurutku sih karena bangsa Indonesia (katanya) menganut budaya ketimuran, least sebelum cover lagu dan monetisasi, ijin dulu ke penciptanya.
Aaihhh adek cantiiik ini ternyata jago juga main mudik...huhuhu kereenn!!!
ReplyLagi Korea bisa gak..request doooonk #eh #emangnyaradio hahaha
hmmm hanindhya ya yang dimaksud? hahaha, aku juga lebih suka yang hanindhya. tapi emang kelihatan banget sih ndomplengnya, viewersnya 8 juta lebih banyak daripada yang punya payung teduh.
Replyjuga, kalau di wastory temen2ku tuh, mereka uploadnya yang versi hanindhya, soalnya mewakili seorang wanita
memang seharusnya si pihak yang dapat untung itu, juga harus berbagi untuk kepada pihak pertama hmmmm
Soal copyright ini emang sensitif banget, ya. Aku baru tahu, kalau video cover pembayaran iklannya enggak ke kita, tapi ke pemilik aslinya. Thanks for sharing.
ReplyIya, orang indonesia kan sopan-sopan hehe... harus menjaga nilai kesopanan :D
ReplyNggak jago sih hehehe... kalau disuruh tampil nggak bakal mau karena malu wkwk
ReplyYa memang harus ada jalan tengah, ini timingnya saja yang nggak tepat. Cover lagu lebih booming ketimbang aslinya di saat lagu itu baru aja menetas...
ReplyBanget, karena ini menyangkut penghargaan sebuah karya. Harga diri juga termasuk sih... :D
ReplyTulisannya bagus dan apik bangey, berawal dari trauma nyontek Mba jadi hati-hati banget berkarya btw saya blm pnah lihat dan dengar Payung Teduh soalnya Suami Jazzholic jadi tiap hari dengernya Jazz hehe btw keren Mba bisa nulis n bermusik juga nih
ReplySupport Payung Teduh, kasihan belum balik modal sudah ada yg cover dan lebih hits.
Replyhmm baru jelas nih infonya mbak, pas kapan hari dengar di radio sepotong-sepotong sambil nyetir hi hi hi.. tapi emang aku suka lagunya si PT ini.. apalagi pas hujan gerimis hmm
ReplyOh Hanin Dhya ya? Dia pas nge-cover lagunya Armada juga bagus banget. View-nya juga lebih banyak dari aslinya kan ya? Jadi penasaran, lagu akad versi dia gimana..
ReplySesuai tagline nya : All explained in detile, ini ngena banget. Rinci. Great work vindy�� Thanks buat penjelasannya yang runtut banget dengan contoh2 yg relevan...jadi ngerti, padahal gak tau kalo kasus ini lagi booming hehe
ReplyPayung teduh sebenernya agak-agak jazz sih, coba deh dengar... cuma memang yang AKAD agak beda aliran...
ReplyIya, perjalanannya masih panjang...
ReplyIya aku juga suka Payung Teduh. Hampir semua lagunya suka. Sering dengerin streaming YouTube di kantor. Hihi...
ReplyCoba aja dengerin, pasti Mbak juga jadi salah satu dari sekian banyak orang yang ikut terpesona dengan permainannya.
Replywah harus hati-hati cover lagu yah...bisa kena hukum :(
Replypadahal maksudnya bukan untuk cari keuntungan atau semacamnya, hanya karena sekedar menganggumi lagu itu aja. Serem juga yah.
Wah ngomongin soal yutub creator yang bikin cover lagu memang ndak dapet hasil dsri monetize. Benar juga kalaupun ada paling cuman dikit, apalagi di Indonesia yang CPM nya dikit hihi...
ReplySalam dari Rembang
Jujur, aku lebih suka yang versi aslinya mbk.
ReplyKlo yg hanindya lebih kurang dapet malah mski yg nyanyi cewek. Lbih menyentuh yg vid payung teduh.
.
Yah, smoga bisa trselesaikan dg baik. Kasihan payung teduh. Modal belum balik, tpi ada pihak yg tega mengcover tpi sprti record yg trencana dg baik main videonya.
Waahh, harus hati-hati cover lagu ya mba ternyata.. thank ya mba sharingnya
ReplyEh aku malah baru tahu ada kasus ini dr tulisan mbak vindy. Tapi emang sering denger penyanyi satu itu banyak drama si~ :/
ReplyBUT, Bahasan tentang copyrightnya bagus banget. Kusukaaa~ thanks sudah nulis sebagus ini mbak vindyy
Iya, drama karena lagu itu dibuat di media kekinian.
ReplySiapa yang nikmatin kekinian itu, generasi milenial.
Siapa generasi milenial itu, anak tahun 90-an termasuk milenial.
Anak generasi milenial umurnya pada masuk zona baper pengen nikah.
So.. lagu akad berhasil mengambil hati para milenial yang kekinian.
Thats point, makanya drama abis. hehe...
Iya, dari sini jadi belajar menghargai karya orang. :) Selalu ada hikmah di balik ini semua. Hhee
ReplyIya, kalau feel, lebih dapet yang aslinya ya. Aku juga ngerasa gitu.
ReplyTenang, selalu ada hikmah dari setiap kejadian. :D
Iya, betul banget.
ReplySalam... :)
Iya, dari sini kita belajar untuk berhati-hati dan jujur dalam berkarya :)
ReplyKasus si Payung teduh ini emang krusial banget dan lagi rame-ramenya.
ReplyAku sendiri suka lagu akad bukan dari lagu aslinya tapi dari cover siapa gitu ya lupa, yang pasti bukan cover mbak Hanin.
.
Menurutku coveran lagu itu masuknya ke berbagi hasil bukan ke Copyright.
karna setahuku youtube menerapkan 3 hal dalam proses monetise.
1. Copyright
2. Nocopyright
3. Bagi Hasil
.
Jadi seharusnya orang orang yang mencover itu masih dapet pendapatan walau hanya setengahnya.
.
Btw, dari postingan ini aku jadi berinisiatif buat channel youtube khusus backsound song dari piano tapi no copyright jadi bisa diunduh siapapun secara gratis, kira-kira asik ga yaa :)
nice sharing banget nih, Vin. In my opinion, sebenernya cover ya ga salah juga, asal ga untuk niat komersil ya. Mestinya ada kerjasama kl misal niatannya udh profit oriented.
ReplyDan btw aku jadi inget, kl aku dulu pas awal Pyg Teduh muncul, sukaaaa bgt, sampe nonton live mrk dua kali di kota yg berbeda. Bnr nih di tulisan ini, mesti hati2 buat ambil sikap, kuatir penggemarnya itu loh, hehe. Lbh oke kl dia sebenernya bs ambil sikap win2 ya, tetep negur tapi ga berkepanjangan, bikin lagi versi yg lbh bagus. Secara yg nyiptain, pasti yg lbh expert :)
Ga pernah tahu sama kasus ini .__.
ReplyGue pribadi lebih suka versi asli. Apapun itu lagunya. Mau Payung Teduh, Bruno Mars, pokoknya versi asli. Biarpun versi cover ga kalah keren, tapi tetep gue lebih suka yang asli. Ga terima coveran :D
iyanih yang cover lagu Akad yang cover lebih banyak sampai ratusan juta yang asli cuma belasan juta wkkw LD
Replyaku aja peertama kali nonton versi covernya, lha gimana orang itu yang muncul di beranda youtube duluan. baru search penyanyi aslinya. penasaran.
Replyaku setuju sama kak vindi akan beda ceritanya kalo si pengcover itu viralnya stahun atau berbulan-bulan setelah penyanyi aslinya. lha ini pas barengan, udah gitu ngalahin lagi. kan ngeselin. bikin karya susah.
mana sampe dibawain di acara yutub fanfest lagi. berasa karya sendiri. lagu-lagu ciptaan sendiri.
miris
Pas awal kasus ini menyeruak (duh bahasanya.)sempet bingung, lah kok, orang cover aja masa nggK boleh, oh jadi gitu penjelasan kasusnya, mengenai hak cipta karya seseorang itu sekarang emang bnyak yang kurang mempedulika,padahal kan orangnya udah capek2 bikin karya eh malah nggk dihargai
ReplyKayaknya saya juga kudet banget yaa... nggak tahu masalah cover mengcover dan lagu Akad payung teduh itu saya juga kayaknya belum pernah dengar. Jarang bukan youtobe juga ups. Tapi saya setuju banget dengan pemikiran kak Vindy. Dalam berkarya kita wajib jujur. Jangan mengcover karya milik orang lain trus ngaku2 milik diri sendiri. Ini memang kasus paling sederhananya macam contoh menyontek saat ujian. Biasa yang mencontek nilainya lebih bagus daripada yg dicontek. Tp tetap saja nilai bgs dr hsl contekan itu bukan hal yg membanggakan. Bgt pun dengan kasus serupa di atas.
ReplyIntinya kita harus belajar menghargai karya orang lain ya, Mbak. Btw, aku suka banget ulasannya...
Replykeren juga lo, jago dan suka cover musik. mengingatkan gue sama mantan gue yg juga suka cover lagu. gue putus sama dia karna dia enggak mau cover lagu yang gue minta, balonku.
Replywell gue setuju sama lo. kalo cover lagu tujuannya komersil harus ada persetujuan dari yg punya karya. najis kalo ngejiplak gitu!!
masalah copyright, yutub emang asli lah klo masalah copyright kayak gini, kalo aku dulu bukan masalah cover lagu sih, dlu aku bikin video "missheard" lirik lagu anime, di adsense gabisa, dan videoku di mute langsung haha #maapcurhat, IMO, setuju2 aja sih masalah cover, asal tetap memberi credit atas penciptanya, salam content creator mba:)
ReplyWidih, emang masalah copyright ini lagi sensitif banget. Masalah penghargaan karya emang susah sih. Tiap creator punya caranya sendiri untuk 'melindungi' karyanya. Dan aku setuju sih masalah Payung Teduh ini lebih karena covernya boom ketika lakunya baru release, jadinya ya... gini deh xD
ReplyVindy aku baru tau kalau kena copyright di yutup nggak dapat persenan. Hahaha aku malah taunya video nggak berjalan hahaha thanks sharingnya jadi tau skg.
ReplyBicara soal Akad. KU EMANG suka bgt sama lagunya, selow dan syahdu gt. Tapi kok aku malah suka coverannya ya hahaha
Tapi mungkin dilemanya si penyanyi dirugikan ya. Akh smg dapat titik terang
Jejakkan komentar, saran, kritik, dan pertanyaan melalui Contact atau komentar di bawah ini. Gunakan komentar Facebook (di atas) jika ingin mendapat notifikasi balasan langsung dari Facebook. Atau bisa juga dengan akun Blog/Gmail.
Terima kasih berkenan membaca dan mampir di Vindy Pindy Mindy.
--- www.vindyputri.com ConversionConversion EmoticonEmoticon